Islamic Widget

sYuKrAn..^_^

Saturday, February 19, 2011

Bisikan Malaikat Dan Bisikan Syaitan.

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya syaitan ada baginya bisikan ke hati anak Adam, dan Malaikat juga ada bisikannya; ada pun bisikan syaitan itu ialah galakannya supaya seseorang melakukan kejahatan dan mendustakan kebenaran, dan bisikan Malaikat pula ialah galakannya supaya seseorang mengamalkan kebaikan dan meyakini kebenarannya; oleh itu sesiapa yang terasa bisikan yang baik, maka hendaklah ia mengetahui bahawa perkara itu dari Allah, serta hendaklah ia bersyukur kepada Allah, dan sesiapa yang terasa bisikan yang satu lagi maka hendaklah ia meminta perlindungan Allah dari angkara syaitan.” (Ibn Mas’ud r.a)
Setiap manusia mempunyai lintasan hati yang berlainan kerana berlainan sebabnya. Satu daripada jenis lintasan itu adalah lintasan yang dibawa oleh malaikat yang bertugas memancarkan ke dalam hati manusia perasaan suka berbuat kebajikan dan menerima kebenaran; sementara satu lagi lintasan adalah lintasan syaitan iaitu lintasan untuk melakukan kejahatan dan menolak kebenaran.
Lintasan malaikat ini dinamakan sebagai “ilham” dan lintasan jahat syaitan itu sebenarnya adalah “was-was” di mana kita diperintahkan memohon perlindungan Allah daripadanya sebagaimana yang dimaksudkan di dalam al-Quran (surah An-Nas).
Oleh yang demikian selaku manusia biasa, apabila datang sesuatu lintasan hati, maka hendaklah kita mempertimbangkannya terlebih dahulu dengan neraca syarak; jika bersesuaian kerjakanlah, jika sebaliknya jauhkanlah.

40 Kebaikan hilang setiap kali melintasi orang sedang solat



Terdapat hadis mengarah supaya membunuh atau bertindak keras kepada mereka yang melintasi orang sedang solat, tetapi dalam hadis ini menegaskan 40 pahala atau 40 kebajikan akan hilang setiap kali melintasi hadapan mereka yang sedang solat.

15 Ciri wanita Syurga

Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.


Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Diantaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.”(QS. Al Waqiah : 10-21)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, diantaranya :

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.”(QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.”(QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.”(QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :

” … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.”
(HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Diantara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Diantara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

” … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13).


Wallahu A’lam Bis Shawab.

Janji Dan Sumpah Iblis Terhadap Wanita


Iblis laknatullah membisikkan kepada para wanita bahawa apa jua pakaian termasuk hijab tidak ada kaitannya dengan agama, sebaliknya ia hanya sekadar pakaian atau gaya hiasan.

Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka syaitan beralih dengan strategi yang lebih halus.

Bagaimanakah caranya?


1. Membuka Bahagian Tangan

Kebiasaannya telapak tangan sudah terbuka, maka syaitan membisikkan kepada para wanita agar ada sedikit peningkatan fesyen, iaitu membuka bahagia hasta (siku hingga telapak tangan).

"Ah!Tidak apa-apa, kan masih pakai tudung dan pakai baju panjang."Begitu bisikan syaitan.

Akhirnya si wanita menampakkan tangannya dan ternyata para lelaki melihatnya juga seperti biasa.

Maka syaitan berbisik, "Hah,tak apa-apa kan?"

2. Membuka Leher dan Dada

Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah syaitan untuk membisikkan perkara baru lagi.

"Kini buka tangan sudah menjadi lumrah, maka perlu ada peningkatan fesyen yang lebih maju lagi, iaitu terbuka bahagian atas dada kamu, tetapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sedikit untuk mendapatkan hawa agar tidak panas. Cubalah! Orang pasti tidak akan peduli kerana sebahagian sahaja yang terbuka."

Maka dipakailah pakaian fesyen terbaru yang terbuka bahagian leher dan dadanya dari fesyen setengah lingkaran hingga fesyen berbentuk "V".


3. Berpakaian tapi Telanjang

Syaitan berbisik lagi, "Pakaianmu hanya begitu-begitu saja, cubalah fesyen yang lebih bagus! Banyak kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat agak ketat biar lebih indah dan cantik dipandang."

Maka tergodalah si wanita. "Mungkin tidak ada masalah, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan fesyennya sahaja yang berbeza, agar nampak lebih feminin," begitu syaitan menokok-nambah.

Maka, jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi s.a.w sebagai kasiyat 'ariyat (berpakaian tapi telanjang).


4. Agak Terbuka Sedikit

Setelah para muslimah mengenakan pakaian yang ketat, maka syaitan datang lagi.

"Pakaian seperti ini membuat susah berjalan atau duduk, kerana sempit, kan lebih baik dibelah hingga lutut atau mendekati peha? Dengan itu kamu lebih selesa."

Lalu dicubalah idea baru itu, dan memang benar dengan dibelah mulai dari bahaian bawah hingga lutut atau mendekati peha ternyata lebih selesa dan mudah untuk duduk atau menaiki kenderaan.


5. Tudung Semakin Kecil

Kini syaitan melangkah dengan tipu daya lain yang lebih "power".

Tujuannya adalah agar para wanita menampakkan bahagian auratnya. "Oh, ada yang terlupa! Kalau kamu pakai baju sedemikian, maka tudung yang besar tidak sepadan lagi. Sekarang kamu cari tudung yang lebih kecil agar serasi dan sepadan. Orang tetap akan menamakannya tudung."


6. Terdedah

Si wanita ternyata selesa dengan fesyen baru yang dipakainya seharian. Syaitan datang memberi idea lagi. "Rambutmu sangat cantik. Bukankah lebih selesa jika tudungmu dilepaskan. Kamu bebas mencuba fesyen rambut yang pelbagai. Malah, kamu boleh mewarnakan mengikut warna yang kamu suka supaya kelihatan lebih menawan."

Maka, sekali lagi syaitan berjaya mempengaruhi si wanita supaya mendedahkan rambutnya.


7. Membuka Seluruh

Syaitan kembali berbisik, "Kalau langkah kakimu masih kurang selesa, maka cubalah kamu cari fesyen yang lebih menarik. Bukankah kini banyak skirt separuh betis dijual di pasaran? Tidak usah terlalu terdedah, hanya kira-kira 10 sentimeter sahaja. Nanti kalau kamu sudah biasa, baru cari fesyen yang di atas paras lutut"

Benar-benar bisikan syaitan telah menjadi penasihat peribadinya.

Maka terbiasalah dia memakai pakaian terdedah.

Terkadang si wanita berfikir, apakah ini tidak bersalahan dengan agama?

Namun bisikan syaitan menyahut, "Ah, jelas tidak bersalahan. Kan sekarang zaman sudah semakin moden. Kamu hanya mengikut arus fesyen masa kini."

"Tetapi, apakah ini tidak menjadi fitnah bagi kaum lelaki?" hati si wanita curiga.

"Fitnah? Ah, kalau kaum lelaki melihat bahagian tubuh wanita yang terbuka, malah senang dan mengatakan ooh atau wow, bukankah ini bererti sudah tidak ada fitnah lagi, kerana sama-sama suka?" syaitan menghasut.

Begitulah sesuatu yang seakan-akan mustahil untuk dilakukan.

Namun syaitan tidak pernah berhenti membisikkan hasutan-hasutan jahat sehingga ke saat kematian seorang anak Adam itu.

Hingga pada suatu ketika nanti akan muncul idea untuk mandi di kolam renang atau di pantai secara terbuka, di mana hanya dua bahagian sahaja yang ditutupi iaitu kemaluan dan buah dada!!!


Ingatlah, syaitan laknatullah hanya pandai menjanjikan kita dengan janji-janji palsu yang halus dan memikat, janji untuk keseronokan dunia, tetapi sebenarnya janji itu palsu dan racun yang mematikan! Nauzubillah...

sebuah cerita untuk di manfaatkan..

Adalah seorang pemuda yang tengah berjalan- jalan ditepi hutan untuk mencari
udara segar, ketika dia tengah berjalan, tiba -tiba terdengarlah
bunyi auman suara harimau... Auuuummmm... .!!!!! Seekor harimau yang sedang
lapar dan mencari mangsa untuk mengisi perutnya dan tiba-tiba
sudah berada dihadapan pemuda . Pemuda tadi karena takut, diapun berlari
semampu dia bisa, Harimau yang sedang lapar tentunya tidak
begitu saja melepas mangsa empuk di depan matanya, harimau itupun mengejar
pemuda tadi. Ditengah kepanikkannya, pemuda tadi masih sempat
berdoa, agar diselamatkan dari terkaman harimau,...rupanya doanya
dikabulkan, dalam pelariannya dia melihat sebuah sumur tua,..terlintas
dibenaknya untuk masuk kedalam sumur itu,..karena harimau pasti tidak akan
mengejarnya ikut masuk kesumur tersebut.

Beruntungnya lagi ternyata sumur tersebut ditengahnya ada tali menjulur ke
bawah, jadi pemuda tadi tidak harus melompat yang mungkin saja bisa membuat
kakinya patah karena dalamnya sumur tersebut. Tapi ternyata tali itu pendek
dan takkan sanggup membantu dia sampai kedasar sumur, hingga akhirnya dia
bergelayut ditengah-tengah sumur, ketika tengah bergelayut
dia menengadahkan mukanya keatas ternyata harimau tadi masih menunggunya
dibibir sumur, dan ketika dia menunduk kebawah, terdengar suara kecipak
air,...setelah diamati ternyata ada 2 ekor buaya yang ganas yang berusaha
menggapai badannya,.

Ya Allah bagaimana ini, diatas aku ditunggu harimau, dibawah buaya siap
menerkamku, ketika dia tengah berpikir caranya keluar, tiba-tiba dari
pinggir sumur yang ada lobangnya keluarlah seekor tikus putih
....ciiit...ciiit. .. ....ciit...yang naik meniti tali pemuda tadi dan mul ai
menggerogoti tali pemuda tadi,..belum hilang keterkejutannya dari lobang
satunya lagi muncul seekor tikus hitam yang melakukan hal sama seperti tikus
putih menggerogoti tali yang dipakai pemuda tuk bergelantungan.
Waduh ...jika tali ini putus, .habislah riwayatku dimakan buaya..!!!
cemas dia berpikir,... jika aku naik keatas ....sudah pasti harimau
menerkamku,. . .jika menunggu disini...lama- lama tali ini akan putus dan
buaya dibawah siap menyongsongku. .. saat itulah dia mendengar dengungan
rombongan lebah yang sedang mengangkut madu untuk dibawa kesarang
mereka,..dia mendongakkan wajahnya keatas...dan tiba-tiba jatuhlah setetes
madu dari lebah itu langsung tertelan ke mul ut pemuda tadi.
Spontan pemuda tadi berkata...Subhanall ah ..Alangkah manisnya madu
ini,..baru sekali ini aku merasakan madu semanis dan selezat ini...!!!
Dia lupa akan ancaman buaya dan harimau tadi.

Inti cerita di atas adalah :

Pemuda tadi adalah kita semua, harimau yang mengejar adalah maut kita, ajal
memang selalu mengejar kita. Jadi ingatlah akan mati.
Dua ekor buaya adalah malaikat munkar dan nakir yang menunggu kita di alam
kubur kita nantinya .
Tali tempat pemuda bergelayut adalah panjang umur kita,..jika talinya
panjang maka pendeklah umur kita, jika talinya pendek maka panjanglah
umur kita.
Tikus putih dan tikus hitam adalah dunia kita siang dan juga malam yang
senantiasa mengikis umur kita. Diibaratkan di cerita tadi tikus yang
menggerogoti tali pemuda.
Madu setetes adalah nikmat dunia yang hanya sebentar. Bayangkan madu setetes
tadi masuk ke mulut pemuda,...sampai dia lupa akan ancaman harimau dan
buaya,..begitulah kita, ketika kita menerima nikmat sedikit, kita lupa
kepada Allah. Ketika susah baru ingat kepada Allah.. Astaghfirullah
1 menit untuk mengingat Allah

Sebutlah dengan sepenuh hati dan lidah yang fasih akan:
*SUBHANA'LLAH
*ALHAMDULI'LLAH
*LA I LAHA ILLA'LLAH
*ALLAHU AKBAR
*ASTAGHFIRU' LLAH
*LA ILAH ILLA'LLAH, MUHAMMADUN RASULU'LLAH
*ALLAHUMMA SHOLLI ALA WA SALLIM WABARIK ALA MUHAMMAD *WA AALIHI WA
SAHBIHI AJMA'EEN

Sunday, February 13, 2011

SI-SOPAK, SI-BOTAK DAN SI-BUTA

Pada suatu hari Allah memerintahkan malaikat bertemu dengan tiga orang Bani Israil. Ketiga-tiga mereka cacat; seorang botak, seorang sopak dan seorang lagi buta. 
Malaikat yang menyamar seperti manusia itu bertanya si-sopak "Jika Allah hendak kurniakan sesuatu untuk kamu, apakah yang kamu mahu?" Si-sopak menjawab, "Saya mahu kulit saya sembuh seperti biasa dan diberi kekayaan yang banyak." Dengan takdir Allah, kulitnya kembali sembuh dan dikurniakan rezeki yang banyak. 
Kemudian malaikat bertanya si-botak soalan yang sama. Si-botak menjawab, "Saya mahu kepala saya berambut semula supaya kelihatan kacak dan diberikan harta yang banyak." Tiba-tiba, dengan kurnia Allah si-botak itu kembali berambut dan diberikan harta yang banyak. 
Selepas itu malaikat bertanya si-buta pertanyaan yang sama. Si-buta menjawab, "Saya hendak mata saya dicelikkan semula dan diberikan harta yang banyak." Dengan takdir Allah, mata si-buta menjadi celik dan dikurniakan kekayaan yang melimpah. 
Selang beberapa bulan, Allah memerintahkan semula malaikat untuk berjumpa dengan ketiga-tiga orang cacat itu. Kali ini malaikat menyamar sebagai peminta sedekah. Dia berjumpa dengan orang pertama yang dulunya sopak dan meminta sedikit wang. 'Si-sopak' itu tidak menghulurkan sebarang bantuan malah mengherdik malaikat. Malaikat berkata, "Saya rasa saya kenal kamu. Dulu kamu sopak..dan miskin. Allah telah menolong kamu." Si-sopak tidak mengaku. Dengan kuasa Allah, si-sopak yang sombong itu bertukar menjadi sopak semula dan bertukar menjadi miskin. 
Kemudian malaikat berjumpa dengan si-botak yang telah menjadi kaya dan berambut lebat. Apabila malaikat meminta bantuan, si-botak juga enggan membantu, malahan dia tidak mengaku bahawa dia dulu botak. Oleh sebab sombong dan tidak sedar diri, Allah menjadikan kepalanya botak semula dan bertukar menjadi miskin. 
Malaikat berjumpa dengan orang buta yang telah diberikan penglihatan. Apabila malaikat meminta bantuan, si-buta memberikan keseluruhan hartanya dan berkata, "Ini semua harta pemberiaan Allah. Ambillah kesemuanya. Mata saya yang kembali celik ini adalah lebih berharga daripada kesemua harta ini." Malaikat tidak mengambil pemberian itu. Dia memberitahu bahawa dia adalah malaikat yang pernah datang dulu. Kedatangannya kali ini ialah untuk menguji siapa di antara mereka bertiga yang bersyukur. 
Si-buta yang bersyukur itu terus dapat menikmati kekayaan dan penglihatannya. Manakala si-sopak dan si-botak kekal dengan keadaannya yang asal. 

Thursday, February 10, 2011

Cahaya Cinta Iman

altCinta datang pada Iman

Tangannya tidak henti menarik rumput ditepinya. Melepaskan gelora dijiwa, menahan air mata yang berdosa itu menitis lagi. Imannyameronta-ronta kerana kalah pada nafsu yang yang tengah bersorak gembira.
"Maafkan aku wahai iman," Nurul Iman bermonolog sendirian.
Tidak dapat diseka lagi air mata jernih itu jatuh lagi. Iman diselubungi rasa bersalah yang teramat sangat dalam dirinya. Ya, sebelum ini bukannya dia tidak tahu tapi kehendak nafsu itu lebih diutamakan dia. Itulah Nurul Iman pelajar Tahun satu dalam bidang Syariah dan Bahasa Arab. Seorang pelajar yang hebat berkata dipentas perjuangan. Dia juga barisan kepimpinan dakwah di situ. Hebatnya Iman dalam perjuangan memberi suntikan semangat kepada akhawat yang lain.
Tapi Iman tewas pada satu persada yang lain. Air mata Iman jatuh lagi mengenangkan kebodohan diri sendiri. Mengenangkan kembali saat perkenalan dengan seorang lelaki sewaktu Iman menjalani kem Perkasa Diri selepas SPM. Ketika itu Iman hanyalah perempuan biasa yang baru mengenali erti kehidupan diluar sana. Di kem itu banyak mengajar Iman ketika berjauhan dengan keluarga.
Kenalnya Iman pada lelaki itu kerana dia merupakan peserta aktif dalam dakwah di situ. Memang lelaki itu baik, mana tidaknya dialah imam di surau, dialah mengetuai majlis ta'lim, dialah yang menganjurkan aktiviti-aktiviti di surau untuk menarik hati peserta untuk ke surau. Hati Iman terjentik pada kebaikan yang dia lakukan.
"siapa nama awak?", dia mula bertanyakan Iman ketika dalam satu aktiviti kumpulan. Iman hanya menghulurkan satu buku pada dia yang tertulis namanya di situ.
"Nama awak seperti awak", dia memulakan bicara. Iman hanya tersenyum ketika itu.
"Nama saya Hafiz Ad-Din", panggil saje Haffiz". Awak memang tak banyak bercakap ker?
"Tak delah, saya memang macam nie, saya tak kenal awak, buat ape saya nak cakap dengan awk." Iman berkata jujur. Memang Iman begitu, hanya bercakap apabila perlu sahaja. Tapi bila Iman bersuara, semuanya kaku mendengar bicaranya.
Pada saat itulah Iman mula mengenali insan bernama Haffiz. Iman mungkin menganggap dia sebagai sahabat, tapi Haffiz cuba mencuri hati Iman. Haffiz tahu sukarnya dia mendekati insan yang bernama Nurul Iman.
Ketika hari terakhir di kem itu, Iman mula merasai niat Haffiz pada dirinya. Iman mula merasai serba salah tentang perasaan itu. Dia sendiri pun tidak memahami perasaan hatinya ketika itu. Iman menulis sepucuk surat pada Haffiz. Dalam surat itu pena Iman menulis..
Salam sahabat,
Jodoh itu satu ketentuan dari Ilahi,
Usahlah awak bimbang dengan ketentuan itu,
Andainya saya milik awak, saya tetap milik awak satu hari nanti,
Tapi andainya saya bukan untuk awak..
Ingat, ketentuan Allah itu terselit sejuta hikmah,
Yang lebih baik itu sedang menanti awak..
Syukran atas persahabatan ini =)
~Nurul Iman Abd Majid~
Iman menghulurkan surat itu pada dia dengan seribu harapan yang tercipta agar dia mengerti isi hatinya.
''Terima kasih, jaga diri baik-baik..Kalo rindu, tengok bulan," Haffiz hanya melihat wajah lembut Iman. Baginya Iman adalah segalanya. Dia tekad mahu menjadikan Iman zaujahnya satu hari nanti.
Iman tidak mampu berkata-kata. Iman tidak faham akan perasaannya. Adakah hatinya sudah mencintai dia.........
Sekarang sudah dua tahun dia mengenali haffiz. Walaupun masing-masing berada di jalan juang yang berbeza tetapi Iman dan Haffiz kerap berhubungan melalui telefon. Iman mula menerima cinta Haffiz dengan harapan dialah zaujun dia suatu hari nanti. Iman bukan tidak tahu cinta sebelum nikah ini lebih lebih menjerumuskan kepada zina. Itulah Iman,sentiasa kalah pada mujahadah nafsu.
Kadang-kadang dia cuba mengelak dari menjawab panggilan dan SMS daripada Haffiz. Iman juga cuba terangkan kepada Haffiz perhubungan yang disyariatkan dalam Islam. Iman kaku kerana dia tahu dia banyak melukakan hati Haffiz secara tidak langsung.
"seorang lelaki yang baik, dia tidak akan membiarkan orang yang dicintai itu bersama-sama melakukan dosa". Iman terpaku mendengar ceramah ''Manisnya Cinta selepas Nikah".
Jikalau benar Haffiz itu mencintai dirinya, kenapa dia tidak pernah terfikir perhubungan seperti ini akan banyak mengundang dosa. Iman tidak mahu baitul muslim yang dibina atas perhubungan yang tidak diredhai.
Iman tidak pernah putus berdoa andainya Haffiz itu terbaik untuk dirinya dunia dan akhirat, Iman memohon petunjuk dari Allah. Tetapi seandainya dia bukan jodohnya, Iman memohon agar Allah memberi petunjuk untuk menjauhkan diri dari dia tanpa melukakan hatinya.

Cinta Memakan Hati Iman
Jam menunjukkan tepat pukul 1.30 pagi. Hidup sebagai pelajar siswazah memang tidak lari dari tugasan-tugasan yang melambak. Iman nekad pada dirinya, perjuangan dalam menuntut ilmu itu adalah satu jihad. Sebab itu Iman mampu menyiapkan tugasan-tugasan yang diberikan pada waktunya walaupun begitu banyak amanah yang terpikul dibahunya. Iman memang bijak meletakkan kewajipan pada tempatnya. Iman tidak mahu orang berkata, orang itu hebat dalam berdakwah, tapi dalam kelas pun tidur.
Mata Iman sudah mula mengantuk, dia menutup laptopnya dan mengemas semua buku-buku sebelum tidur. Iman ke tandas untuk menggosok gigi dan mengambil wudhu'. Sekembalinya dia ke bilik, dia melihat skrin handpnone menyala. Dia melihat 1 panggilan tidak dijawab.
Iman pelik kenapa dia menelefon pada waktu begini. Hati Iman mula sedih, kenapa dia tegar menelefon pada waktu sebegini. Iman memandang jam hampir pukul 2 pagi. Iman mula merasakan hatinya semakin jauh. Iman cuba menjaga perhubungan itu tetapi kenapa dia langsung tidak mengerti.. aduhai awak........
Bunyi jam loceng mengejutkan Iman. Iman bangun untuk menunaikan solat malam. Hatinya lebih tenang. Memang benar, bila mengingati Allah hati kita menjadi tenang. Disaat itu Iman mengadu segala masalah kepada Sang Pencipta. Iman menangis semahunya ketika dahi bertemu sejadah cinta.
Iman bersiap untuk ke kuliah seperti biasa. Iman kelihatan bersemangat hari itu. Jam menunjukkan pukul 7.20pagi. Iman mengambil sekeping roti yang disapu dengan jem sebagai pengalas perut. Tiba-tiba handphone Iman berbunyi. Melihat di skrin telefon itu "Haffiz is calling....."
Iman menjawab panggilan telefon itu.
"assalamualaikum Iman, apa khabar? Ada satu perkara saya nak bagitahu awak.." Haffiz memulakan bicara.
"waalaikumussalam, Alhamdulillah, saya ok jer. Hmm..ada ape? Maaf, semalam saya dah tido," Iman menjawab dengan bersahaja. Dalam hatinya memohon istighfar kerana menipu pada waktu itu.
"maaf mengganggu awak, saya nak bagitau awak yang saya tak boleh tidur semalam. Saya sakit, saya takut. Saya nak mintak maaf kat awak." Kedengaran suara Haffiz yang seperti tersedu sedan.
"syafakallah, ye ke..maafkan saya. Saya tak tahu. Tapi kenapa nak mintak maaf kat saya?"
"saya bersalah kat awak. Saya tipu awak sebab saya terlalu sayangkan awak. Saya berhubungan dengan orang lain. Saya tak tahu kenapa saya terima dia dulu sedangkan saya dah ada awak. Saya takut saya mati nanti saya tak sempat nak mintak maaf kat awak."
Hati Iman mula meronta-ronta.. hatinya bagaikan dicarik-carik. Iman tidak akan menitiskan air mata dihadapan lelaki.
"Iman, saya sayangkan awak. Saya mengimpikan awak menjadi zaujah saya satu hari nanti. Sebab tu saya taknak bagitahu awak..tapi saya tahu awak tak suka kan saya. Saya budak jahat.. tak sesuai dengan orang baik macam awak."
"saya tak tahu nak cakap apa lagi, semua dah terjawab. Terima kasih untuk semuanya. Saya harap awak menjaga hubungan awak dengan dia."
"Mesti awak tak sedih, sebab awak memang tak sayangkan saya. Saya terima semua tu. Tapi saya nak awak tahu saya tetap mengharapkan awak".
Hati Iman berkata, "saya dah mula sayangkan awak......"
Iman tidak tahan lagi, dia berlari ke tandas, tumpasnya air mata seorang mujahidah kerana seorang lelaki.......... Iman tewas.
"Iman, jangan biarkan air mata tu menitis lagi." Solehah menyapa Iman dari belakang mengejutkan Iman dari lamunan di tepi padang. Memang sudah lama Iman berada di situ. Seusai solat Asar di masjid tadi, Iman terus turun ke padang. Tempatnya mencari ilham sumber kekuatan diri.
"Solehah, Iman rasa berdosa sangat, Iman tewas..Iman tewas.. tewas pada nafsu sendiri. Kenapa Iman boleh menangis kerana seorang lelaki. Teruk lagi, Iman ditipu lelaki. Iman bodoh sangat.."
"Iman, muslimah yang sejati takkan sekali-kali mengalah. Ini tarbiyah dari Allah untuk Iman. Masa nie lah Iman dapat memperbaiki diri dengan memandang masa lampau itu sebagai tiket untuk Iman berubah."
Solehah sahabat Iman sejak mereka asasi lagi. Segala masalah mereka berkongsi bersama. Sebelum ini Solehah selalu menasihatkan Iman meninggalkan Haffiz. Tapi Iman meyakinkan Solehah yang dia mampu menjaga perhubungan itu. Hebatnya persahabatan mereka. Solehah tidak pernah meninggalkan Iman walaupun dia tahu kemenangan pada pihaknya. Bahkan Solehah turut menyelami kesedihan yang Iman rasa.
"terima kasih awak sebab jadi sahabat saya," Iman memeluk Solehah tanda dia terlalu menyayangi sahabatnya seikhlas hati.
Hati Iman berasa sangat bersyukur kerana disebalik hikmah kejadian yang berlaku, rupanya itulah jawapan untuk doanya selama ini. Jawapan yang Allah berikan itu, banyak mengubah Iman. Subhanallah, percaturan Allah memang hebat!! Iman sujud syukur atas hikmat tarbiyah yang diterima.

Iman meneruskan perjuangannya
"Asif, ana tidak setuju kalau enta buat keputusan untuk menggunakan peraturan mengenakan denda kepada mereka yang tidak bertudung labuh." Iman tegas bersuara dalam mesyuarat pimpinan dakwah. Keadaan kolej mereka yang semakin lama semakin teruk permasalahan sosial disitu. Masalah ini meyebabkan semua orang memandang kepada pimpinan dakwah untuk mencari punca penyelesaian.
"Kalo begitu apa yang jalan yang terbaik enti fikirkan?" soal Mujahid kepada Iman setelah pandangannya ditolak mentah-mentah oleh Iman.
Siapa tidak kenal Mujahid di Kolej itu. Memegang taklifan sebagai presiden dakwah dan seorang dalam ilmu agamanya. Kalo dalam mesyuarat, Iman dan Mujahid sering sahaja berbeza pendapat. Apa tidaknya Mujahid sering menggunakan kekerasan menyebabkan Iman kurang setuju dengan Mujahid.
"Ana cadangkan kita membuat liqo' kubro bersama semua nuqaba' sebab bagi ana usrah itu memainkan peranan yang amat penting dalam masalah ini. cuba enta lihat, usrah di sini semakin hambar. Ramai yang tidak melaksanakan usrah. Jadi, ana nak kita perkasakan usrah semula. Tarbiyah perlu ditanam dalam diri setiap nuqaba'." Iman memandang setiap pimpinan dengan harapan mereka memahami.
Maisarah mengangkat tangan untuk memberi pendapat. Mujahid hanya mengangguk untuk membenarkan Maisarah bersuara.
" Ana lihat sekarang kita hanya memikirkan dakwah umum sahaja. Banyak program yang kita laksanakan sebelum ini, Nampak besar tapi tidak memberi tarbiyah yang khusus pada nuqaba' sendiri. Lagipun kita hanya melaksanakan program-program tradisi yang mana senior-senior kita lakukan. Apa kata sekarang kita perkukuhkan tarbiyah pada nuqaba' sahaja. Maksud ana kita melaksanakan program-program yang biasa sahaja tetapi berterusan dan istiqamah. "
"Betul tu, kita menjadikan program yang biasa itu luar biasa," Iman mencelah.
Hampir dua jam mereka bermesyuarat. Memikirkan masalah ummat memang memerlukan yang lama untuk mencari jalan penyelesaiannya. Sebab itu Islam menganjurkan syura. Syura itu sunnah dan banyak barakah yang terkandung di dalamnya tetapi seadainya disalahgunakan ia boleh mengundang dosa.
"Kak Iman memang hebat memberi idea, kami pun nak jadi macam akak," Anis bersuara sewaktu pulang bersama-sama.
"akak tak hebat, akak banyak lagi kelemahan yang perlu diperbaiki. Dalam perjuangan ini, kita harus kental dan kuat. Muslimah ada hak untuk bersuara tetapi ada batas-batasnya. Akak nak jadi seperti Khaulah Al-Azwar yang hebat pergi berperang bersama-sama sahabat Rasulullah." Iman menarik nafas mengenangkan dosa-dosa yang menyelimuti dirinya.
Hati Iman berbicara, "wahai adik-adikku, akak pernah tewas.."
Masa terus berlalu. Iman semakin matang dalam hidupnya. Meniti hidup ini perlu berhati-hati kerana kita tidak tahu apa rencana Allah kepada kita. Rencana untuk menguji hambaNya.
Setelah selesai solat zohor di masjid, Iman mendengar ta'lim daripada iman solat zohor tadi. Sejuk hati mendengar ta'lim berkenaan kepentingan solat berjemaah di masjid. Banyak fadhilatnya bagi mereka yang berjemaah. Sesuangguhnya semua ini adalah hidayah dari Allah. Iman bersyukur dengan hidayah Allah kurniakan kepada dia selama hari ini.
Iman mengenali suara yang memberi ta'lim hari itu. Siapa lagi kalau bukan Mujahid Al Firdaus. Di dalam kelas, mereka tidak pernah bersuara melainkan dalam mesyuarat sahaja kerana masing-masing memegang taklifan. Itulah Mujahid, berbeza di dalam kelas dan di dalam mesyuarat. Di dalam kelas Mujahid banyak berdiam diri dan menghabiskan masanya dengan membaca buku dan melayari internet.. Iman tidak nafikan kehebatan Mujahid... Dia memang hebat..
"Kalo jodoh Iman dengan Mujahid macam mana?" soal Solehah ketika kami selesai menunaikan solat Dhuha bersama.
"Ish, mana ada Solehah. Nie mesti tepengaruh dengan gossip liar kan. Saya mana layak Solehah. Awak pun tahun saya ni bukan perempuan baik."
"Iman, jodoh itu ketentuan Allah. Mungkin Iman tidak dengan dia tapi Allah menggantikan Mujahid untuk awak yang jauh lebih baik." Solehah tersenyum melihat wajah lembut Iman. Muslimah ini terlalu istimewa di mata Solehah. Kelembutan wajahnya memang menggambarkan kelembutan hatinya. Solehah amat mengenali isi hati sahabatnya itu.
"Dah Solehah. Saya serahkan jodoh saya seratus peratus pada Ilahi. Ikhlas saya cakap, hati saya dah tertutup untuk mana-mana lelaki." Iman menegaskan pendiriannya. Dia merasakan dirinya terlalu kotor mengenangkan dosa-dosa yang lampau.
Iman berdoa agar Allah tidak menguji hatinya lagi. Dia mengakui kehebatan mujahid tetapi mujahid belum dapat memenangi hati Iman. Iman bersyukur kerana Allah memegang hatinya. Bagi Iman cinta Ilahi itu cinta adalah segala-galanya.
Hidup Iman di kampus banyak dihabiskan dengan belajar, usrah dan persatuan. Di hujung minggu pula masa Iman terisi dengan daurah-daurah dan program pengisian rohani. Rupanya selama ini hati yang kosong itu dahagakan ilmu dan santapan rohani. Iman tidak pernah mengeluh hidupnya seperti tiada masa untuk berehat. Ya, seorang mujahidah memang tiada masa untuk berpangku tangan. Iman menggelarkan dirinya sebagai Mujahidah Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Dia tekad..
Iman sangat takut pada kalam Allah yang menjanjikan kemurkaan yang amat besar bagi mereka yang perkatakan apa yang mereka tidak lakukan. Sebab itu Iman lebih berhati-hati dengan apa yang diperkatakan. Meraih syurga Allah itu terlalu sukar, memerlukan pengorbanan yang lebih. Iman mengimpikan syahidah di jalan Allah...
Mujahadah itu pahit kerana syurga itu manis
Tett..tett.tett... mesej handphone Iman berbunyi..
Salam, awak apa khabar? Saya rindukan awak. Saya tetap menanti awak. Andainya awak mengerti isi hati saya... maafkan saya mengganggu awak..
~Haffiz ad Din~
Iman cepat-cepat memadamkan mesej itu dari Inbox mesejnya. Ya Allah, dugaan apa lagi yang engkau berikan kepada hambaMu ini. Maaf Haffiz, Nurul Iman hari ini bukan seperti Nurul Iman yang awak kenal. Wahai hati, janganlah engkau menyerah diri lagi.
Iman membuka laptopnya. Pada mulanya dia ingin meng 'update' blog kesayangannya. Tapi tiba-tiba moodnya hilang. Dia membuka bacaan surah Al-Imran. Mendengar alunan kalam Allah membuat hatinya tenang.
Malam itu Iman keseorangan, roommate Iman pulang ke kampung. Kadang-kadang Iman cemburu dengan rakan biliknya setiap minggu pulang ke kampung. Apa tidaknya, Negeri Sembilan dengan Selangor tidak ada jauhnya pun. Keluarga Iman di Terengganu. Kalau cuti panjang baru lah Iman pulang ke kampong.
Siapa tidak rindu untuk balik ke kampung. Mengenangkan ayah bonda di kampung membuatkan Iman besemangat nak belajar. Pengorbanan ibu ayahnya tiada tandingnya. Iman bukanlah asal dari keluarga yang senang.Tetapi kesenangan itu tidak menjamin kebahagiaan andai jauh dengan Allah.

"Maaf Iman, itu buku saya,"
"Oh ye ke, maafkan saya. Saya ingat buku untuk dipinjam. Bagus sangat buku ni.terima kasih ea."
"xpe, maafkan saya. Sebenarnya semalam saya tertinggal buku ni di sini." Boleh saya nak buku tu, sebenarnya senior yang punya."
"ok, maafkan saya." Iman menghulurkan buku itu kepada Ameer Mukhlis.

Iman kenal dia disebabkan mereka satu batch. Ameer mukhlis hanya seorang pelajar yang biasa saja. Dia bukan pelajar kos agama tetapi penampilan dia seperti seorang ustaz. Mungkin itu keistimewaan ameer. Ameer pernah bersuara mengatakan pelajar-pelajar kos agama tidak menunjukkan tingkah laku sebagai budak agama. Ya, dia memang berani..
Iman sering mendengar kisah Ameer melalui sahabat-sahabatnya yang tidak berpuas hati dengan dia. Iman memang tidak suka melayan perkara yang remeh-temeh seperti ini. Bagi Iman mungkin benar apa yang diperkatakan oleh Ameer. Iman akui zon selesa yang mereka berada sekarang.
Iman pun hairan melihat sahabat-sahabat kos agamanya yang perwatakan seperti bukan budak-budak kos agama. Diorang sering menggunakan alasan, cara mereka itu adalah untuk mendekati pelajar-pelajar yang bukan kos agama. Tapi Iman hairan, kalau mahu berdakwah sekalipun kenapa perlu sampai hendak pergi solat berjemaah di masjid pun susah.
Lebih mengaibkan budak-budak bukan kos agama yang mengajak mereka. Itu yang Iman kesal dengan sesetengah dengan sahabat mereka.

"Kak Iman, tunggu kejap." Suara Anis memanggil Iman dari belakang.
"Ye Anis, ada apa?" Iman tersenyum melihat Anis yang tercungap-cungap seperti tergesa-gesa.
"Satu kolej anis cari akak, tak jumpa. Rupanya akak di perpustakaan. Akak off handphone ea."
"Ya Allah, ye ke. Maafkan akak. Handphone akak tak de bateri. Kenapa ni Anis?"
"Anis Cuma nak serahkan senarai nama naqib dan naqibah baru. Anis dah taip semula nama, kos dan nombor telefon diorang. Muslimin dan muslimat ada sekali. Jadi, Anis nak mintak akak tolong bagikan yang senarai muslimin kepada akh Mujahid ea. Lagipun akak sekelas dengan dia." Anis tersenyum sinis kepada Iman.
"tak pe, nanti akak bagi kat dia, lagipun lagi setengah jam akak ada kelas.Terima kasih ea Anis." Iman membalas senyuman Anis walaupun dia tahu isi tersirat disebalik senyuman Anis.

Iman meletakkan buku "Siapa Dia Dihatimu" oleh Ust Pahrol. Dia memang penggemar buku Ustaz Pahrol. Bagi Iman, setiap bicara Ustaz Pahrol dalam bukunya seperti berbicara dengan isi hatinya. Iman memang begitu. Sering mengaitkan dengan sesuatu. Iman teringat sewaktu mesyuarat pimpinan dakwah petang tadi. Dia tidak mengerti kenapa hatinya tersentuh ketika nama itu disebut.
"Ana nak maklumkan dua orang bakal naqib terpaksa dibuang kerana mereka tak bersedia untuk menerima amanah ini. Mereka itu ialah Muhammad Muaz dan Ameer Mukhlis. Ana sudah bertemu dengan mereka dan mereka betul-betul tolak sebab mereka rasa mereka belum layak lagi." Mujahid menerangkan kepada pimpinan semua.
Iman hanya terdiam mendengar penerangan Mujahid. Iman hairan kenapa hatinya berubah ketika nama Ameer Mukhlis disebut oleh Mujahid. Cepat-cepat Iman memohon istighfar.

"Iman, jauh termenung.. dah pecah tembok cina tuh.."Farah cuba mengejutkan Iman dari lamunan.
"Astaghfirullah.. lain kali bagilah salam dulu..nasib baik saya ni tak de sakit jantung kronik." Iman menunjukkan muka geram kepada rakan biliknya yang suka mengusik itu.
"Nurul Iman, saya ni roommate awak. Dari tadi saya duduk kat meja saya tuh. Ni mesti tengah mengelamun pasal Mujahid kan..oppss.. terlepas sudah..hahaha." Farah ketawa dan Iman terus mencubit manja pipi sahabatnya itu.
" Yelah, yelah.. taknak buat dah. Bukan mujahid tapi Mak Jah jual kuih kat café tu kan.." farah cuba berdalih walaupun memang dia suka sangat melihat telatah Iman kalau nama Mujahid disebut.
"Ha'ah, rindu kat karipap Mak Jah.." Iman mencebik mulut kepada Farah.
"Maaf wahai Puteri Nurul Iman. Ana mahu pinjam mouse lah. Entah kenapa mouse tiba-tiba tak boleh guna."
"laa ye ke.. kenapa tak habaq dari tadi. Ambil lah dalam beg laptop atas katil tue." Iman menunjukkan beg laptopnya itu.
"Ok, syukran Iman. Luv u bebeh." Farah memeluk Iman sekuat hatinya.
"Yelah, yelah, saya pun sayangkan awak dunia akhirat. Awak roommate yang terbaik!!" Iman membalas pelukan Farah dan mencubit pipi gebu Farah.

Apa kesudahan Iman
Sekarang Iman sudah berada di semester terakhir. Iman sudah bertambah matang dengan usianya yang sudah menjangkau 23 tahun. Iman telah menolak lamaran Mujahid setahun lepas. Bagi Iman jawapan istikharahnya bukan Mujahid tetapi orang lain. Iman tidak pernah memberitahu sesiapa pun tentang isi hatinya.
Hampir dua tahun lebih Iman memendam perasaannya itu. Baginya mencintai dalam diam itu lebih indah dan terjaga. Tetapi bisakah dia mengetahui...
Keyakinan Iman kepada Allah terlalu tinggi kerana baginya Allah itu sentiasa dihatinya dan hanya Allah sahaja yang layak menentukan siapa pemilik cintanya. Setiap kali berdoa, dia sering berdoa, Ya Allah, seandainya Ameer Mukhlis itu terbaik untuk dirinya dan memberi kebaikan di dunia dan di akhirat, Engkau berilah aku petunjukMu.
Tetapi seandainya Ameer Mukhlis itu bukan yang terbaik, tidak memberi sebarang kebaikan di dunia dan diakhirat, Engkau jauhilah hatinya dan hatiku. Engkau jadilah aku redha menerima ketentuanMu..
Iman tahu di usia sebegini, dia perlu memikirkan soal jodoh. Sahabat-sahabatnya juga ramai yang sudah mendirikan baitul muslim. Iman pernah juga bertanyakan sahabat-sahabat tentang Ameer Mukhlis sudah berpunya atau belum. Ramai yang berkata dia sudah berpunya. Iman tidak tahu kenapa perasaan hatinya kepada Ameer Mukhlis begitu kuat sehinggakan langsung tidak pudar perasaannnya walaupun ramai yang berkata sedemikian. Mungkinkah ini kesannya jika mencintai dalam diam. Iman redha andai itu bukan untuk dirinya.
Setelah mengaminkan doa seusai solat dhuha, tiba-tiba handphone Iman berbunyi..
"Assalamualaikum, Iman apa khabar?" Suara Kak Mariam menyapa Iman dalam telefon.
"Waalaikumussalam, Alhamdulillah..baru je baik daripada demam. Akak sihat? Sejak-sejak akak dah berumah tangga nie, jarang dah kita berhubung.." Iman menunjukkan kesedihan pada Kak Mariam yang baru bergelar zaujah kepada Muaz, rakan sekelas Iman.
Kak Mariam seorang muslimat yang berani. Iman yang menjadi orang tengah untuk menyampaikan hasrat kak Mariam kepada Muaz. Walaupun Kak Mariam tua setahun daripada Muaz, tetapi usia tidak menjadi penghalang seperti mana cinta Rasulullah dan Siti Khadijah. Tidak sangka, Muaz juga menaruh harapan kepada kak Mariam. Selama ini mereka hanya memendam rasa. Hikmah daripada Allah itu terlalu indah.
"Alhamdulillah, akak sihat walafiat. Biasalah Iman, bila sudah bergelar isteri. Tanggunggjawab itu besar sangat. Sebagai isteri dan sebagai seorang da'ieah. Tapi Alhamdulillah, zaujun akak satu fikrah dengan akak. Memudahkan misi dakwah kami. Hmm.. akak ada hajat besar untuk Iman ni.." kak Mariam menyatakan hajatnya kepada Iman.
"Iman pun mengharapkan zaujun satu fikrah dengan Iman. Mungkin Allah tahu Iman belum lagi bersedia menjadi zaujah solehah. Sebab tu, Iman belum lagi menemui pemilik cinta untuk menemani sepanjang perjuangan nie. Akak nak bagitahu hajat apa?" Iman meluahkan isi hatinya kepada Kak Mariam.
" Seorang ikhwah ingin khitbah Iman. Dia menyatakan hasratnya kepada zaujun akak. Akak rasa Iman pun kenal dia."
Hati Iman kelu mendengar. Adakah doanya tadi telah terjawab..
"Siapa akak?" Iman ingin mengetahui siapa gerangannya itu.
"Maaf Iman, dia tidak benarkan akak memberitahu siapa dirinya. Tapi dia nak maklumkan kepada Iman yang minggu depan dia akan pergi ke kampung Iman untuk menghantar rombongan meminang." Kak Mariam menjelaskan kepada Iman hasrat ikhwah tersebut.
"Baiklah, Iman terima dia pergi meminang Iman minggu depan." Iman sendiri tidak tahu kenapa dia yakin dengan lamaran itu.
"Iman jangan risau, dia satu fikrah dengan kita. Insya Allah, akak melihat dia sesuai dengan Iman."
"Insya Allah akak. Iman mengharapkan begitu juga." Hati Iman masih lagi tertanya-tanya siapa dirinya. Mungkinkah.....

Tidak terkenal di dunia tapi terkenal di akhirat....UWAIS AL-QARNI

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.

Dia adalah “Uwais al-Qorni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka mentertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya. Uwais al-qorni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW  yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.

Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya. Diceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Khabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada Rasulullah SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.


Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, bilakah ia dapat menziarahi nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ?
Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditinggalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qorni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, bilakah beliau pulang? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-qorni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-qorni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Sayyidina Ali k.w. dan Sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”. Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah digantikan oleh Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-qorni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di khemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.



Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghentam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihentam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! “katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu.
Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar r.a.) Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.



- Artikel iluvislam.com

KUBUR BERKATA-KATA

Dikisahkan bahawa sewaktu Fatimah r.a. meninggal dunia maka jenazahnya telah diusung oleh 4 orang, antara :-

1. Ali bin Abi Talib (suami Fatimah r.a)
2. Hasan (anak Fatima r.a)
3. Husin (anak Faimah r.a)
4. Abu Dzafrrin Al-Ghifary r.a

Sewaktu jenazah Fatimah r.a diletakkan di tepi kubur maka Abu Dzafrrin Al-Ghifary r.a berkata kepada kubur, "Wahai kubur, tahukah kamu jenazah siapakah yang kami bawakan kepada kamu ? Jenazah yang kami bawa ini adalah Siti Fatimah az-Zahra, anak Rasulullah s.a.w."
Maka berkata kubur, "Aku bukannya tempat bagi mereka yang berdarjat atau orang yang bernasab, adapun aku adalah tempat amal soleh, orang yang banyak amalnya maka dia akan selamat dariku, tetapi kalau orang itu tidak beramal soleh maka dia tidak akan terlepas dari aku (akan aku layan dia dengan seburuk-buruknya)."

Abu Laits as-Samarqandi berkata kalau seseorang itu hendak selamat dari siksa kubur hendaklah melazimkan empat perkara semuanya :-

1. Hendaklah ia menjaga solatnya
2. Hendaklah dia bersedekah
3. Hendaklah dia membaca al-Quran
4. Hendaklah dia memperbanyakkan membaca tasbih kerana dengan memperbanyakkan membaca tasbih, ia akan dapat menyinari kubur dan melapangkannya.

Adapun empat perkara yang harus dijauhi ialah :-

1. Jangan berdusta
2. Jangan mengkhianat
3. Jangan mengadu-domba (jangan suka mencucuk sana cucuk sini)
4. Jangan kencing sambil berdiri

Rasulullah s.a.w. telah bersabda yang bermaksud, "Bersucilah kamu semua dari kencing, kerana sesungguhnya kebanyakan siksa kubur itu berpunca dari kencing."
Seseorang itu tidak dijamin akan terlepas dari segala macam siksaan dalam kubur, walaupun ia seorang alim ulama' atau seorang anak yang bapanya sangat dekat dengan Allah s.w.t.. Sebaliknya kubur itu tidak memandang adakah orang itu orang miskin, orang kaya, orang berkedudukan tinggi atau sebagainya, kubur akan melayan seseorang itu mengikut amal soleh yang telah dilakukan sewaktu hidupnya di dunia ini.

Jangan sekali-kali kita berfikir bahawa kita akan dapat menjawab setiap soalan yang dikemukakan oleh dua malaikat Mungkar dan Nakir dengan cara kita menghafal. Pada hari ini kalau kita berkata kepada saudara kita yang jahil takutlah kamu kepada Allah s.w.t. dan takutlah kamu kepada soalan yang akan dikemukakan ke atas kamu oleh malaikat Mungkar dan Nakir, maka mereka mungkin akan menjawab, "Ah mudah sahaja, aku boleh menghafal untuk menjawabnya."
Itu adalah kata-kata orang yang tidak berfikiran. Seseorang itu tidak akan dapat menjawab setiap soalan di alam kubur jikalau dia tidak mengamalkannya sebab yang akan menjawab ialah amalnya sendiri. Sekiranya dia rajin membaca al-Quran, maka al-Quran itu akan membelanya dan begitu juga seterusnya.